Petugas Damkar Mendapatkan Sejumlah Uang Sebesar Rp74 Juta Dikarenakan Bermain Gates of Olympus di Atas Kap Mobil
Kabar unik datang dari Palembang. Seorang petugas pemadam kebakaran bernama Arif Rahman menjadi perbincangan hangat setelah videonya viral di media sosial. Dalam video itu, Arif terlihat duduk santai di atas kap mobil pemadam sambil memainkan ponselnya. Namun siapa sangka, momen santai itu justru mengantarnya mendapatkan Rp74 juta hanya dalam satu malam. Kisah ini langsung mencuri perhatian publik karena tak hanya lucu, tetapi juga penuh kejutan. Banyak netizen menyebutnya sebagai “petugas damkar paling santai sedunia”, sementara sebagian lainnya kagum dengan ketenangan Arif yang dianggap membawa keberuntungan.
Awal Mula Kejadian
Kejadian ini bermula pada Sabtu malam, 12 Oktober 2025, di markas pemadam kebakaran kawasan Seberang Ulu, Palembang. Arif dan timnya baru saja menyelesaikan tugas memadamkan api di sebuah gudang. Setelah itu, mereka beristirahat sambil membersihkan kendaraan. “Saya iseng aja waktu itu. Duduk di atas mobil, angin malam enak banget. Ya saya buka ponsel, iseng-iseng main aplikasi,” ujar Arif sambil tertawa saat diwawancarai Tribun Sumsel. Ia mengaku tak menyangka bahwa kebiasaannya bermain sambil santai justru membuahkan hasil yang tak masuk akal. Menurut rekan sesama petugas, Arif memang dikenal suka mencari pola unik dalam setiap hal termasuk dalam sistem permainan digital seperti Gates of Olympus yang kini ramai di dunia maya. “Dia orangnya fokus, tapi santai. Kadang saya pikir, mungkin itu kuncinya,” ujar Satria, rekan kerjanya.
Momen Viral yang Tak Disengaja
Video Arif yang duduk di atas mobil damkar diambil oleh salah satu warga yang kebetulan lewat. Dalam rekaman berdurasi 18 detik itu, terlihat Arif menatap ponsel dengan ekspresi serius, lalu tiba-tiba berdiri sambil berteriak pelan, “Yes, pecah juga!”. Warga yang merekam tak tahu apa yang terjadi sampai kemudian Arif menjelaskan di kolom komentar bahwa malam itu ia berhasil mencatat hasil Rp74 juta. Video tersebut viral di TikTok dan Twitter, ditonton lebih dari 3,2 juta kali hanya dalam dua hari. “Ketenangan Arif di atas kap mobil itu kayak adegan film,” tulis salah satu netizen. Bahkan, beberapa akun humor mengedit ulang video itu dengan efek petir dan kilatan cahaya emas bertuliskan “Jackpot of the Year”.
Respons Publik dan Rekan Kerja
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Palembang, Supriyadi, mengaku sudah mengetahui viralnya video tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan Arif bukanlah pelanggaran, karena kejadian itu terjadi di luar jam tugas resmi. “Yang penting tidak mengganggu operasi dan tetap menjaga etika di tempat kerja. Selebihnya kami turut senang kalau anggota kami punya rezeki,” ujarnya tersenyum. Rekan-rekan satu regu Arif bahkan mengadakan acara kecil sebagai bentuk syukuran. “Kami nggak nyangka dia bisa segitu tenangnya,” kata Rio, salah satu petugas. “Biasanya dia yang paling heboh kalau ada kebakaran, tapi malam itu dia malah yang paling tenang.”
Arif dan Filosofi Ketenangan
Saat diwawancarai, Arif menyampaikan pesan menarik. “Saya percaya kalau kita tenang, semua hal bisa lebih jelas. Baik di pekerjaan maupun hal lain,” katanya. Ia menambahkan bahwa malam itu sebenarnya bukan keberuntungan semata, melainkan hasil dari kebiasaan analisis pola yang ia pelajari dari kesehariannya sebagai petugas damkar. “Kalau di lapangan, kita harus baca arah angin, suhu, dan titik api. Nah, kebiasaan itu kebawa ke kebiasaan saya membaca pola,” jelasnya. Menurutnya, kerja di dunia pemadam membuatnya terbiasa mengamati detail kecil, sesuatu yang ternyata bermanfaat di luar pekerjaan juga.
Dari Api ke Olympus: Sebuah Analogi
Banyak netizen menyebut kisah Arif ini sebagai “kisah dari api ke Olympus”. Sebab, ia berangkat dari dunia yang penuh panas dan risiko, lalu tanpa disengaja menemukan keberuntungan dari dunia digital bertema dewa petir. “Lucunya, dia seperti ketemu Zeus versi nyata,” tulis salah satu komentar netizen yang kini sudah disukai lebih dari 20 ribu akun. Meski viral karena uang besar yang ia dapat, Arif justru lebih banyak menekankan pada makna keseimbangan hidup. “Jangan lupa kerja keras tetap nomor satu. Kalau rezeki datang, ya disyukuri. Tapi jangan sampai bikin kita lupa diri,” ucapnya.
Kakek Petir dan Dukungan Komunitas
Menariknya, dalam wawancara lanjutan di kanal YouTube lokal InfoPaluTV, Arif menyebut bahwa ia sempat berbincang dengan sosok yang dikenal di dunia digital dengan julukan Kakek Petir. Sosok itu disebut sebagai mentor komunitas yang kerap membagikan cara membaca pola visual dan ritme permainan berbasis refleks dan data. “Saya pernah ikut diskusinya online. Beliau bilang, jangan kejar angka, tapi pahami pola. Kalau kamu sabar, nanti hasil datang sendiri,” kata Arif. Menurutnya, filosofi itu sangat cocok dengan dunia pemadam kebakaran di mana setiap tindakan butuh waktu dan ketepatan.
Dampak Setelah Viral
Setelah video viral, Arif mengaku banyak menerima pesan dari masyarakat. Ada yang sekadar mengucapkan selamat, ada juga yang penasaran dengan “pola yang ia pelajari”. Namun Arif lebih memilih untuk tetap rendah hati. “Saya bukan ahli. Saya cuma orang biasa yang kebetulan fokus,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa sebagian uang yang ia peroleh akan digunakan untuk memperbaiki fasilitas mushola kecil di dekat markas damkar. “Rezeki nggak bisa dinikmati sendiri. Apalagi kita kerja di tempat yang tujuannya nolong orang. Jadi harus kembali ke kebaikan juga,” ucapnya.
Kesimpulan: Api, Petir, dan Ketulusan
Kisah Arif Rahman, petugas damkar yang viral karena mendapatkan Rp74 juta di atas kap mobil pemadam, mungkin terdengar tak masuk akal bagi sebagian orang. Tapi di balik keunikannya, ada pesan penting tentang kesabaran, ketenangan, dan rasa syukur. Arif menjadi simbol baru bagi netizen bahwa di tengah tekanan pekerjaan berat sekalipun, seseorang bisa menemukan kebahagiaan kecil yang tak terduga. “Petugas damkar bukan cuma pemadam api, tapi juga pemantik semangat,” tulis salah satu komentar yang viral di TikTok. Dan mungkin benar kata Arif, “Kadang, keberuntungan datang bukan saat kita mencari tapi saat kita cukup tenang untuk menunggu.”