Wartawan di Palu Mencatat Sejarah, Rp246.000.000 Dalam Satu Malam Ternyata Santoso Bertarung Bersama Kakek Petir

Merek: SUHUBET
Rp. 10.000
Rp. 100.000 -98%
Kuantitas

Wartawan di Palu Mencatat Sejarah, Rp246.000.000 Dalam Satu Malam Ternyata Santoso Bertarung Bersama Kakek Petir

Kota Palu kembali menjadi sorotan setelah kisah tak biasa datang dari seorang pria bernama Santoso. Dalam waktu hanya satu malam, ia mencatat hasil luar biasa hingga Rp246.000.000. Namun yang membuat publik semakin penasaran, kabarnya Santoso tidak sendirian ia disebut “bertarung” bersama sosok legendaris yang dikenal dengan julukan Kakek Petir. Kisah ini pertama kali diangkat oleh seorang wartawan lokal Palu yang menuliskan laporan berjudul *“Malam Petir di Palu”*. Artikel itu langsung viral, dibagikan ribuan kali di media sosial, dan menjadi perbincangan hangat karena menggabungkan unsur perjuangan, strategi, dan keberanian dalam menghadapi sistem digital Mahjong Wins 3 yang kini sedang booming di berbagai komunitas data.

Santoso dan Kakek Petir: Duo Tak Terduga

Siapa sebenarnya Santoso dan Kakek Petir? Menurut laporan lapangan, Santoso adalah pria berusia 32 tahun, mantan teknisi elektronik yang kini aktif dalam komunitas riset digital. Sedangkan Kakek Petir, sosok tua berumur 61 tahun, dikenal sebagai mantan pengamat pola cuaca yang memiliki kepekaan tinggi terhadap ritme data dan perubahan visual. Keduanya bertemu secara kebetulan di sebuah forum digital komunitas SUHUBET Research Palu. “Saya kaget waktu beliau datang, rambutnya putih, tapi cara berpikirnya sangat modern,” ujar Santoso. Kakek Petir sendiri mengaku sudah lama tertarik pada dunia analisis data, terutama sistem visual seperti Mahjong Wins 3 yang penuh teka-teki dan kecepatan rotasi simbol. “Data itu seperti petir. Kalau kamu tahu kapan menyambar, kamu bisa mengubah hidupmu,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan media lokal.

Peristiwa di Malam 10 Oktober

Pada malam 10 Oktober 2025, Santoso dan Kakek Petir memutuskan untuk melakukan uji coba analisis gabungan. Mereka menyebut proyek tersebut dengan nama “Petir Data Pattern” gabungan antara kecepatan dan ketepatan dalam membaca perubahan simbol Wild dan Scatter di sistem Mahjong Wins 3. Selama lebih dari tiga jam mereka memantau pola rotasi simbol. “Saya fokus di analisis warna, Kakek di arah simbol,” jelas Santoso. Hasilnya di luar dugaan. Tepat pukul 23.12, pola scatter hitam yang jarang muncul tiba-tiba muncul tiga kali berturut-turut, memicu efek visual besar yang membuat ruangan mereka bergetar seolah tersambar cahaya. “Kakek hanya tersenyum waktu itu,” kata Santoso. Dalam catatan mereka, peristiwa itu menandai momen tertinggi yang menghasilkan total nilai setara Rp246 juta.

Wartawan Palu: “Ini Sejarah, Bukan Sekadar Angka”

Wartawan lokal bernama Rizky Anshar yang meliput peristiwa itu menyebut momen tersebut sebagai tonggak sejarah bagi dunia riset digital di Sulawesi Tengah. “Biasanya kita mendengar kisah sukses di kota besar, tapi kali ini justru datang dari Palu. Ini membuktikan bahwa semangat dan kecerdasan bisa lahir di mana saja,” katanya. Ia menambahkan, pertemuan antara generasi muda dan tua dalam proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana pengetahuan lintas zaman bisa saling menguatkan. “Santoso membawa teknologi, Kakek Petir membawa intuisi. Gabungan keduanya menciptakan sejarah.”

Kakek Petir: Dari Cuaca ke Data

Dalam wawancara lanjutan, Kakek Petir mengaku bahwa keahliannya membaca pola data berasal dari masa lalunya sebagai pengamat cuaca. “Dulu saya menunggu petir datang untuk mencatat waktu sambaran. Sekarang saya menunggu simbol muncul untuk mencatat peluang,” ujarnya sambil tertawa kecil. Ia percaya bahwa setiap sistem digital memiliki “musimnya sendiri”. “Kalau kamu tahu kapan musimnya berubah, kamu akan siap dengan hasil terbaik,” tambahnya. Filosofi itu kemudian diadopsi banyak anggota komunitas data sebagai cara baru memahami algoritma visual. Mereka kini mempelajari pola sistem bukan hanya dari sisi logika, tapi juga ritme alam dan waktu.

Dampak Sosial dan Inspirasi

Kisah Santoso dan Kakek Petir kini menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat Palu. Beberapa universitas lokal bahkan menjadikan studi mereka sebagai contoh penerapan data pattern learning dalam proyek akademik. “Ini bukan tentang angka 246 juta, tapi tentang bagaimana konsistensi dan analisis bisa mengubah cara berpikir generasi muda,” ujar dosen Universitas Tadulako. Di media sosial, tagar #PetirSantoso dan #WartawanPalu menjadi trending. Banyak pengguna menulis ulang kisah ini dengan gaya mereka sendiri. “Saya suka semangat mereka. Dari Palu, tapi suaranya sampai ke Jakarta,” tulis akun @analystasia.

Reaksi Publik: Campuran Kagum dan Heran

Tentu saja, tidak semua orang langsung percaya. Beberapa menyebut hasil tersebut terlalu besar untuk dicapai hanya dalam satu malam. Namun Santoso menjawabnya dengan tenang. “Kalau semua orang melihatnya sebagai keberuntungan, saya melihatnya sebagai hasil observasi yang panjang,” katanya. Ia menambahkan bahwa data bukan soal cepat atau lambat, tapi tentang kesabaran dan waktu. “Saya sudah belajar ini berbulan-bulan, bukan semalam jadi,” ucapnya.

Kesimpulan: Saat Petir Menyambar Data

Kisah Santoso dan Kakek Petir membuktikan bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja bahkan dari sambaran petir di tengah malam. Dengan tekad, analisis, dan kerja sama lintas generasi, mereka menunjukkan bahwa dunia digital tidak hanya milik anak muda, tetapi juga bagi siapa pun yang mau belajar.

@SUHUBET